ASUHAN KEPERAWATAN SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS
DISUSUN OLEH:
EDY RIAWAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS
(SLE)
I.
PENGERTIAN
Suatu penyakit auotoimun kronik yang
melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari yang
ringan sampai berat. (kapita selekta 2000).
II.
ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab SLE belum diketahui
.
Diduga faktor genetik, infeksi dan
lingkungan ikut berperan pada patofisiologi SLE. Sistem imun tubuh kehilangan
kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri.
Penyimpangan reaki imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus
menerus. Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan komplek imun sehingga
mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multi organ.
Faktor resiko:
1.
Genetik
2.
Hormon
Estrogen menambah resiko SLE, sedangkan androgan mengurangi resiko
ini.
3.
Sinar ultraviolet
Mengurangi supresi imun, sehingga terapi menjadi kurang efektif,
sehingga SLE kambuh dan bertambah berat.
4.
Imunitas
Pada pasien SLE terdapat hiperaktifitas sel B atau intoleransi
terhadap sel T
5.
Obat
ü Obat yang pasti menyebabkan SLE: hidralazin, prokainamid,
metildopa,dll.
ü Obat yang mungkin dapat menybabkan SLE: penisilamin, dilantin, dan
kuinidin.
6.
Infeksi
Terkadang penyakit ini kambuh setelah infeksi.
7.
Stress
Stress berat dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah memiliki
kecendrungan akan penyakit ini.
III.
PREVALANSI
Angka kejadian sebesar 25 % pada kembar
monozigot, tapi hanya 2% pada saudara kandung yang tidak kembar. SLE terutama
timbul pada populasi wanita Afrika – Amerika sekitar (1 dari 250). Sebaliknya
prevalansi yang rendah pada kelompok etnis yang sama di Afrika Barat.Pada
populasi multietnis di Inggris prevalensinya 45 – 50 per 100 ribu wanita.Wanita
terkena 10 akli lebih banyak dibandingkan pria. Puncak onset adalah pada usia
15 – 40 tahun ( Medicine at a Glance 2005).
IV.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling sering adalah
artritis simetris atau atralgia. Gangguan ini dapat ditemukan pada sekitar 90%
dari seluruh kasus, seringkali sebagai manifestasi awal. Sendi – sendi yang
paling sering terserang adalah sendi – sendi proksimal tangan, pergelangan
tangan, siku, bahu, lutut, dan pergelangan kaki. Poliartritis SLE berbeda dari
AR karena jarang bersifat erosif atau membentuk deformitas.
1.
Gejala konstitusional
ü Demam
ü Rasa lelah
ü Lemah
ü Berkurangnya berat badan
ü Keletihan dan rasa lemah ( timbul sebagai gejala sekunder dari
anemia ringan yang ditimbulkan untuk SLE )
2.
Menifestasi kulit
ü Ruam eritematosa pada pipi berbentuk kupu - kupu, leher, dan anggota
gerak
ü Alopesia
ü Ulserasi pada mukosa mulut dan nasofaring
3.
Pleuritis ( nyeri dada )
4.
Karditis
Yang menyerang miokardium, endokardium, dan perikardium
5.
Fenomena Raynaud
Adalah spasme arteri pada daerah jari yang akhirnya dapat terjadi
perubahan sistemik, nekrosis dan gangren.Timbul lebih kurang 40% penderita SLE
,
6.
Manifestasi SSP
ü perubahan tingkah laku ( depresi, psikosis )
ü kejang – kejang
ü neuropati perifer
7.
Manifestasi ginjal
Terjadinya nefritis akibat anti DNA melekat pada DNA dan diendapkan
pada glomerulus ginjal. Komlpemen terfiksasi pada kompleks imun ini, dan proses
peradangan dimulai. Akibatnya dapat terjadi peradangan ginjal, kerusakan
jaringan dan pembentukan jaringan parut yang akhirnya bisa berakibat terjadinya
penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Diagnosa formal ditentukan
berdasarkan ditemukannya 4 dari 11 gejala yang mungkin seperti yang ditentukan
oleh American College of Rheumatology dibawah ini:
Klinis
|
Laboratorium
|
Ruam malar
Ruam
fotosensitif
Ruam lupus
diskoid
Keterlibatan
neurologis
Kejang atau
psikosis
Penyakit ginjal:
Proteinuri atau sedimen
Serositis:
Pleuritis atau perikarditis
Ulkus aftosa
mukosa
Artritis
|
Kelainan
hematologis
Kelainan
imunologis
ANA positif
|
V.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium.
Pemereksaan laboratorium meliputi:
1.
Pemeriksaan darah
ü Leukopeni / limfopeni
ü Anemia
ü Trombositopenia
ü LED meningkat
2.
Imunologi
ü ANA ( antibodi anti nuklear )
ü Anti bodi DNA untai ganda ( ds DNA ) meningkat
ü Kadar komplemen C3 dan C4 menurun
ü tes CRP ( C- reactive protein ) positif
3.
Fungsi ginjal
ü Kreatinin serum meningkat
ü Penurunan GFR
ü Protein uri ( > 0.5 gram
per 24 jam)
ü Ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
4.
Kelainan pembekuan yang
berhubungan dengan antikoagulan lupus
ü APTT memanjang ayng tidak membaik pada pemberian plasma normal
5.
Serologi VDRL ( sifilis )
ü Memberikan hasil positif palsu
6.
Tes vital lupus
ü Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit Ig M pada persambungan
dermo –
epidermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak
VI.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1.
OAINS ( Obat Anti Inflamasi Non
Steroid)
Indikasi :
·
Analgetik
·
Anti piretik
·
Anti Inflamasi
·
Anti Koagulan
2.
Kortikosteroid
Indikasi :
-
Anti Inflamasi : bersifat
paliatif ( hanya mengatasi gejala)
-
Menurunkan reaksi hipersensitif
3.
Antimalaria, efektif dalam
mengatasi manifestasi kulit, muskuloskeletal dan kelainan sistemik ringan.
Indikasi :
§ Anti Inflamasi
§ Imunosupresif
§ Fotoprotektif
§ Stabilisasi nukleoprotein
4.
Siklofosfamid
Indikasi : Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid dosis tinggi
ü PROGNOSIS
Angka harapan hidup 5 tahun secara keseluruhan adalah
85-88 %. Dan 10 tahun 76-87 %. Penyebab utama kematian pada SLE adalah karena
infeksi, nefritis lupus, dan konsekwensi gagal ginjal, penyakit kardiovaskuler
dan lupus SSP.
ü WOC
ü ASUHAN KEPERAWATAN
·
Pengkajian
- Riwayat Kesehatan
·
Riwayat kesehatan dahulu
ü Riwayat terekspos sinar radiasi UV yang parah
ü Riwayat pemakaian obat-obatan hidralazin, prokainamid,isoniazid,
kontrasepsi oral dll
ü Riwayat terinfeksi virus
ü Terekspos bahan kimia
ü Riwayat pasien wanita yang haid pertama terlalu cepat
·
Riwayat kesehatan keluarga
ü Riwayat keluarga dengan penyakit autoimin
ü Riwayat keluarga dengan infeksi berulang
·
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan:
ü nyeri sendi karena gerakan
ü kekakuan pada sendi
ü kesemutan pada tangan dan kaki
ü sakit kepala
ü demam
ü merasa letih, lemah
ü limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang,pekerjaan
ü keputusasaan dan ketidakberdayaan
ü kesulitan untuk makan
ü nausea, vomitus
ü sesak nafas
ü nyeri dada
ü ancaman pada konsep diri, citra diri
- Pemeriksaan Fisik
1)
Aktivitas dan latihan
ü Keterbatasan rentang gerak
ü Deformitas
ü Kontraktur
2)
Nyeri dan kenyamanan
ü Pembengkakan sendi
ü Nyeri tekan
ü Perubahan gaya berjalan/pincang
ü Gerak otot melindungi yang sakit
3)
Kardiovaskuler
ü Fenomena raynoud
ü Hipertensi
ü Edeme
ü Pericardial friction rub
ü Aritmia
ü murmur
4)
Nutrisi dan metabolik
ü Lesi pada mulut
ü Penurunan berat badan
5)
Pola eliminasi
ü Peningkatan pengeluaran urin
ü Konstipasi /diare
- Pemeriksaan Penunjang
Sama seperti pemeriksaan diagnostik
·
Diagnosa
1.
Intoleransi aktivitas b.p
peningkatan aktivitas penyakit
2.
Gangguan rasa nyaman b. d. distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi
3.
Gangguan integritas kulit b.d.
fotosensitive, ruam kulit dan alopesia
4.
Intoleran aktivitas b.d.
artralgia, kelemahan dan keletihan
5.
Gangguan citra diri b.d
penyakit kronik
·
Intervensi
1)
Intoleransi Aktivitas b.d peningkatan aktivitas penyakit
Manifestasi klinis :
Kehilangan energi
Ketidakmampuan ADL
Kriteria Hasil :
1.
Mengidentifikasi faktor-faktor
yang menurunkan toleran aktivitas
2.
Memperlihatkan kemajuan
(khususnya tingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)
3.
Memperlihatkan penurunan
tanda-tanda hipoksia pada peningkatan aktivitas(nadi, tekanan darah,
pernafasan)
4.
Melaporkan penurunan
gejala-gejala intoleran aktivitas
Intervensi
|
Rasional
|
1)
Kaji respon pasien terhadap
aktivitas
2)
Kaji pasien untuk aktivitas
prioritas
3)
Ajarkan teknik penyimpanan
energi seperti duduk disaat mencuci piring, mendapat bantuan dari orang lain
4)
Libatkan keluarga dalam
rencana keperawatan
5)
Ajarkan teknik medikasi dan
yoga
6)
Anjurkan pasien untuk
istirahat teratur dan sesuai dengan yang dibutuhkan
|
ü Untuk mengatahui adanya ADL
ü Untuk mengembangkan rutinitas kegiatan sehari – hari secara
sempurna
ü Untuk menyelesaikan sesuatu sebanyak mungkin dengan meminimalkan
pengeluaran energi
ü Untuk meningkatkan dukungan pada pada pasien dan keluarga mengerti
tentang penyakit dan komplikasi.
ü Untuk mengurangi stres
ü Untuk sementara membalikkan efek dari keletihan
|
2)
Gangguan rasa nyaman b. d. distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi
Manifestasi klinis : Keluhan dari nyeri sendi, perilaku
distraksi,berfokus pada diri sendiri.
Intervensi
|
Rasional
|
1)
Kaji lokasi nyeri dan
beratnya nyeri
|
Untuk
merencanakan intervensi yang tepat
|
2)
Berikan analgesia sebagai
order dan monitor efek, ajarkan tindakan menjaga sendi, kompres panas dan
dingin yang sesuai
|
Untuk mengurangi
nyeri
|
3)
Gunakan nonfarmakologi, nyeri
intervensi seperti relaksasi dan imajinasi
|
Untuk
menggantikan analgesia
|
3)
Gangguan integritas kulit b.d fotosensitif, ruam kulit, dan alopesia
Manifestasi klinis : Ruam pada beberapa bagian tubuh, muka “kupu-kupu”,
rambut rontok, daerah ulkus diujung jari, keluhan dari urtikaria dan
fotosensitif
Kriteria hasil :
1.
Menunjukkan tingkah laku untuk
mencegah kerusakan kulit/meningkatkan kesembuhan
2.
Menunjukkan kemajuan pada
luka/penyembuhan lesi.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1)
Kaji kulit setiap hari. Catat
warna, turgir, sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan
|
Untuk
merencanakan intervensi yang tepat
|
2)
Pertahankan / instruksikan
higine kulit. Misal: membasuh, kemudian mengeringkannya dengan hati – hatidan
melakukan masase dengan lotion atau krim
|
Mempertahankan
kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan
kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko trauma dermal. Masase
meningkatkan sirkulasi kulit dan meningkatkan kenyamanan.
|
3)
Secara teratur ubah posisi,
ganti seprai sesuai kebutuhan
|
Meningkatkan
aliran darah kejaringan, dan meningkatkan proses kesembuhan
|
4)
Pertahankan sprei bersih,
kering, dan tidak berkerut
|
Friksi kulit
disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan
potensial terhadap infeksi
|
5)
Tutupi luka tekan yang
terbuka dengan pembalut yang steril
|
Dapat mengurangi
kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan
|
Kolaborasi
1)
Dapatkan kultur dari lesi
kulit terbuka
|
Mengidentifikasi
bakteri patogen dan pilihan perawatan yang sesuai
|
2)
Berikan obat – obatan topikal
atau sistemik sesuai indikasi
|
Diginakan pada
perawatan lesi kulit
|
3)
Lindungi lesi / ulkus dengan
balutan basa atau salep antibiotik sesuai petunjuk
|
Melindungi area
ulserasi dari kontaminasi dan meningkatkan penyembuhan
|
No comments:
Post a Comment