Saturday, June 29, 2013

LAPORAN PENDAHULUAN ROM PASIF


LAPORAN PENDAHULUAN
ROM PASIF










DISUSUN OLEH
EDY RIAWAN









KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2013





















LAPORAN PENDAHULUAN
ROM PASIF


PENGERTIAN
ROM adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun pasif.

ROM pasif adalah latihan yang diberikan pada klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga. Mobilisasi Pasif ini sebaiknya dilakukan sejak hari pertama klien tidak diperkenankan meninggalkan tempat tidur atau klien yang jarang bergerak sehingga terjadi kekakuan pada otot, maka dalam hal ini dilakukan mobilisasi pasif.
TUJUAN
-          Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas atau kekuatan otot
-          Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
-          Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi

ISTILAH – ISTILAH  ANATOMI  YANG BERKAITAN DENGAN  RANGE  OF MOTION (ROM)
1.      Sikap Anatomi
Adalah sikap tegak tubuh dengan tungkai lurus, telapak kaki menempel lantai, lengan lurus ke bawah dengan telapak tangan menghadap ke depan memandang ke arah budang Jerman yaitu posisi kepala menghadap depan sehingga sudut mata sebelah luar dengan puncak atas pangkal telinga membentuk garis horizontal dengan lantai
2.      Superior
Adalah letak yang paling atas.
Contoh: kepala superior terhadap leher
3.      Inferior
Adalah letak yang paling bawah
Contoh: vena cava inferior (vena cava yang dibawah, sebab ada vena cava inferior ysng di atas)
4.      Medial
Adalah letak yang lebih dekat dengan garis tengah
Contoh: jari telunjuk medial terhadap ibu jari tangan
5.      Lateral
Adalah letak yang lebih jauh dari garis tengah atau yang berada di sisi luar
Contoh: malleolus lateralis (mata kiri sebelah luar)
6.      Kranial
Adalah letak yang menuju ke arah kepala, sesuai arah kepala. Rostal, digunakan untuk susunan saraf pusat menuju / sesuai ke arah otak.
7.      Kaudal
Adalah letak yang menuju ke arah ekor. Walaupun manusia tidak berekor, namun yang dimaksud adalah ke arah tulang kogsigis ( tulang ekor)
8.      Anterior
Adalah letak yang sesuai dengan arah depan / muka, berada di depan.
Contoh: arteri serebri anterior
9.      Posterior
Adalah letak yang sesuai dengan arah belakang atau berada di belakang
Contoh: Fosa poplitea berada di posterior sendi lutut
10.  Ventral
Adalah letak yang sesuai dengan arah dada. Karena manusia berjalan tegak, maka dalam banyak hal vebtral akan sesuai dengan arah anterior.
11.  Vorsal
Adalah letak yang sesuai dengan arah punggung, seperti halnya ventral. Karena manusia berjalan tegak, maka dalam banyak hal dorsal akan sesuai dengan arah posterior.
Dalam hal dorsum pedis (punggung kaki), lengkung kaki dianggap tengkurap di lantai, maka punggungnya berada di sebelah atas.
12.  Proximal
Adalah letak yang lebih ke arah pangkal. Ibarat pohon, batang-tubuh kita mempunyai cabang dan ranting. Jadi, ada proximal lengan atas proximal tungkai bawah dan ada proximal jari-jari.
13.  Distal
Adalah letak yang lebih ke arah ujung (menjauhi pangkal)
Contoh: sendi lutut dibentuk oleh ujung distal tulang femur dengan sisi proximal tulang tibia.
14.  Plantar / Volar
adalah istilah yang digunakan untuk telapak
-     Telapak kaki = Plantar pedis
-     Telapak tangan = Vola manus
15.  Bidang sagital atau Potong Sagital
Adalah bidang yang membelah tubuh menjadi dua belahan kanan dan kiri
16.  Bidang Frontal atau Potong Frontal
Adalah bidang yang membelah tubuh menjadi dua belahan depan dan belakang
17.  Bidang Tranversal
Adalah bidang yang membelah tubuh menjadi dua belahan atas dan bawah
18.  Flexi
Adalah gerakan melipat sendi dari keadaan lurus
Contoh: flexi lengan bawah
19.  Extensi
Adalah gerakan meluruskan sendi dari keadaan terlipat ke keadaan lurus, ini mengakibatkan ukuran lengan atas tungkai menjadi lebih panjang dibanding dari keadaan terlipat.
20.  Abduksi
Adalah gerakan pada bidang frontal untuk membuka sudut terhadap garis tengah
Contoh: merentangkan lengan, merentangkan tungkai dan merentangkan jari-jari tangan
21.  Adduksi
Adalah gerakan pada bidang frontal untuk menutup sudut terhadap garis tengah
Gerakan ini merupakan gerakan yang sebaliknya dari gerakan abduksi.
22.  Pronasi
Adalah gerakan putar ke arah dalam dari lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke arah belakang (prone = posisi tubuh tengkurap)
23.  Supinasi
Adalah gerakan putar ke arah luar dari lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan kembali menghadap ke depan (supine = posisi tubuh terlentang)
24.  Rotasi
Adalah gerakan putar pada sumbu panjang seluruh tungkai ke arah luar


LATIHAN ROM AKTIF DAN PASIF

Pasien yang mobilitasnya terbatas karena penyakit, diabilitas atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas persendian.
a.      Flexi dan Extensi Pergelangan Tangan
Cara:
-          Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
-          Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan
-          Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan lain memegang pergelangan tangan pasien
-          Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
-          Catat perubahan yang terjadi
b.      Flexi dan extensi Siku
Cara:
-          Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
-          Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak tangan mengarah ke tubuhnya.
-          Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya
-          Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
-          Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
-          Catat perubahan yang terjadi
c.       Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara:                                  
-          Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
-          Atur posisi lengan bawahmenjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk
-          Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
-          Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangan menjauhinya
-          Kembalikan ke posisi semula
d.      Abduksi dan Adduksi
Cara:         
-          Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
-          Atur posisi lengan pasien di samping badannya
-          Letakkan satu tangan perawat di atas pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
-          Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
-          Kembalikan ke posisi semula
-          Catat perubahan yang terjadi
e.       Flexi dan Extensi jari-jari
Cara:                            
-          Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
-          Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang kaki
-          Bengkokkan (tekuk) jari-jari ke bawah
-          Luruskan jari-jari kaki ke belakang
-          Kembalikan ke posisi semula
-          Catat perubahan yang terjadi
f.       Flexi dan Extensi Pergelangan Kaki Siku
Cara:
-          Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
-          Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.
-          Tekuk pergelangan kaki, arahkan diatas siku pasien
-          Catat perubahan yang terjadi
g.      Rotasi Pangkal Paha
Cara:
-          Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
-          Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan lain diatas lutut
-          Putar kaki menjauhi perawat
-          Kembalikan ke posisi semula
-          Catat perubahan yang terjadi

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

Untuk  mengetahui seberapa besar kekuatan otot pasien, ada tidaknya kelainan perlu dilakukan pengkajian sebagai berikut:

OTOT
1.      Lakukan inspeksi mengenai ukuran otot, misalnya pada lengan dan paha. Bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain serta amati mengenai ada dan tidaknya atropi maupun hipertropi
2.      Apabila didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya menggunakan meteran
3.      Amati otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan mengalami kontraktur yang ditunjukkan dengan terjadinya malposisi suatu bagian tubuh
4.      Amati otot untuk mengetahui kemungkinan terjadi kontraksi abnormal dan tremor
5.      Lakukan palpasi pada otot saat istirahat untuk mengetahui tonus otot
6.      Lakukan palpasi otot saat pasien bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan, kontraksi tiba-tiba secara involunter
7.      Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh pasien untuk menarik atau mendorong tangan pemeriksa, dan bandingkan kekuatan otot anggota gerak kanan dan anggota gerak kiri. Kekuatan otot juga dapat diuji dengan cara pasien disuruh menggerakkan anggota / bagian tubuh secara bervariasi misal menggerakkan kepala atau tangan. Normalnya pasien dapat menggerakkan anggota tubuh ke arah horizontal terhadap gravitasi
8.      Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten. Secara normal kekuatan otot dinilai dalam 5 tingkatan gradiasi seperti pada tabel di bawah ini:
Skala
Kenormalan
Kekuatan (%)
Ciri-Ciri
0
1

2

3
4

5
0
10

25

50
75

100
Paralisis Total
Tidak ada gerakan, teraba adanya kontraksi otot
Gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan sokongan
Gerakan normal menentang gravitasi
Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan
Gerakan nrmal penuh, menentang gravitasi dengan penahan penuh

TULANG
9.      Amati kenormalan susunan tulang dan deformitas
10.  Lakukan palpasi tulang untuk mengetahui adanya edema atu nyeri tekan
11.  Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan

PERSENDIAN
12.  Lakukan inspeksi persendian untuk mengetahui adanya persendian.
13.  Lakukan palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak, krepitasi, dan nodula.
14.  Kaji rentang geark persendian (range of montion)
15.  Catat hasil pemeriksaan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

-          Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya terus derajat kekuatan otot
-          Tidak efektifnya pola napas berhubunagn dengan menurunnya ekspansi paru
-          Gannguan interaksi sosial berhubungan dengan imobilitas
-          Gangguan konsep diri berhubungan dengan imobilitas

3.      Perencanaan
Tujuan :
1.      Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
2.      Meningkatkan fungsi kardiovaskular
3.      Meningkatkan fungsi respirasi
4.      Memperbaiki gangguan psikologis
Rencana Tindakan :
a.       Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang benar
b.      Ambulasi dini
c.       Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
d.      Latihan isotonik dan isometrik
e.       Latihan ROM
f.       Latihan napas dalam dan batuk efektif
g.      Melakukan postural drainage
h.      Melakukan komunikasi terapeutik

4.      Pelaksanaan
a.       Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
1.      Posisi fowler
2.      Posisi sim
3.      Posisi trendelenburg
4.      Posisi Dorsal Recumbent
5.      Posisi lithotomi
6.      Posisi genu pectoral

b.      Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.

c.       Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

d.      Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.

e.       Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
Latihan-latihan itu, yaitu :
1.      Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2.      Fleksi dan ekstensi siku
3.      Pronasi dan supinasi lengan bawah
4.      Pronasi fleksi bahu
5.      Abduksi dan adduksi
6.      Rotasi bahu
7.      Fleksi dan ekstensi jari-jari
8.      Infersi dan efersi  kaki
9.      Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
10.  Fleksi dan ekstensi lutut
11.  Rotasi pangkal paha
12.  Abduksi dan adduksi pangkal paha

f.       Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak terjadinya imobilitas.

g.      Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.
h.      Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.

5.      Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah :
a.       Peningkatan fungsi sistem tubuh
b.      Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
c.       Peningkatan fleksibilitas sendi
d.      Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukkan keceriaan

No comments:

Post a Comment