Tuesday, May 21, 2013


MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA



                                                                                       

Disusun Oleh :
ANDIKA PRANATA
ANISA KARTIKA APRILIA
DYTO PANDU PRATAMA
EDY RIAWAN
INDENTI OKTARIANI
RINTA WULANDARI
TANA NURHASANAH
YESI AGRAINI


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
 POLTEKKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2012


Lembar Pengesahan

Mata Kuliah                : Keperawatan Medikal Bedah I
Judul Makalah             : Asuhan Keperawatan Glaukoma
Dosen                          : Giri Udani SKp, MKes
Penyusun                     : 1. Andika Pranata
2. Anisa Kartika Aprilia
3. Dyto Pandu Pratama
4. Edy Riawan
5. Indenti Oktariani
6. Rinta wulandari
7. Tana Nurhasanah
8. Yesi Agraini



Bandar Lampung,  Oktober  2012
Dosen Mata Kuliah,


Giri Udani, SKp, Mkes
           

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun masih diberi kesehatan dan kekuatan sehingga  makalah ini dapat terselesaikan  tepat pada waktunya.
            Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Glaukoma ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang. Kami selaku tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada.
1.      Giri Udani, SKp, MKes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2.      Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Bandar Lampung,  Oktober  2012

                                                        Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Lembar Pengesahan.............................................................................................. ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi   ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B.  Tujuan ................................................................................................ ....... 2           

BAB II PEMBAHASAN
A.  Definisi Glaukoma..................................................................................... 8
B.  Etiologi Glaukoma .................................................................................... 8
C.  Manifestasi Klinik.............................................................................. ..... 10
D.   Klasifikasi Glaukoma........................................................................      10
E.   Patofisiologi Glaukoma........................................................................... 11
F.   Pemeriksaan Laboratorium Diagnostik ................................................... 11
G.  Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ........................................ ..... 12
H.  Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan







BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lagi  dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya. Mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Di seluruh dunia glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tinggi, 2 % penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma dapat juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih sering terserang dari pada wanita.
Makalah ini akan membahas asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit glaukoma.

B. TUJUAN
            a. Untuk mengetahui pengertian glaukoma
            b. Untuk mengetahui etiologi glaukoma
            c. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma
            d. Untuk mengetahui manifestasi klinik glaukoma
            e. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma
            f. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium
            g. Untuk mengetahui pelaksanaan medis dan keperawatan
            h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI GLAUKOMA

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOk_13NFnsKvXZDephAufDpM_OMm_LxZCY6Xc54HMBNw1jXeSbkmQ8b4Mec4HNibQbZ28MobXomy04SUOwyAYoWgkSq0qLXqD9F-RFJc-kFbzXjOO4S1d5-xRkPL9dMaOn1LgHtaINzLHS/s320/glaukoma.jpg

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-LVBBVqrC-5C5VwO8jRvPlf7PhH4rev5azsY86pJyZw6FVfb9fD8ABqlET43PK0uWd1iD3aqOBFWgYfftjjQkhGcmYIZ5ouR-pOxVIICuKcwH9FQELSvNApN5pcGhYXuyztNG8RG8GHPj/s320/Penyakit-Glaukoma.jpg

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan

B.     ETIOLOGI

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

Secara umum, penyebab glaucoma terdiri dari :
1. Primer
  a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma.
b.Kronik : Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga (Diabetes mellitus, Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka panjang, . Miopia tinggi dan progresif)
 2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea, Pembedahan).









C. MANIFESTASI KLINIK
1.  Keluhan:
a.    penglihatan kabur  mendadak
b.    nyeri hebat
c.    mual                                                  
d.    muntah
e.    melihat halo (pelangi disekitar objek)
2.  Pemeriksaan Fisik:
a.    Visus sangat menurun
b.    Mata merah
c.    Kornea suram
d.    Rincian iris tidak tampak
e.    Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap sinar
f.     Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Yang mengkhawatirkan, glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada fase terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit sekali). Karena itu deteksi dini glaukoma sangat penting, konsultasikan ke dokter spesialis mata anda mengenai glaukoma untuk pendeteksian dini.













Table Manifestasi Klinis Glaukoma :

Glaukoma primer

Glaukoma sekunder

Glaukoma congenital
Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut tertutup
         Kerusakan visus yang serius
         Lapang pandang mengecil dengan macam – macam skotoma yang khas
         Perjalanan penyakit progresif lambat
      Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
      -Timbulnya halo disekitar cahaya                            -Pandangan kabur                              -Sakit kepala
-Mual, muntah
      Kedinginan
      Demam, bahkan
      Perasaan takut mati mirip serangan angina
         Pembesaran bola mata
         Gangguan lapang pandang
         Nyeri didalam mata

         Gangguan penglihatan


D.    KLASIFIKASI
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer terbagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
1.      Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang terlibat dalam sirkulasi  dan atau reabsorbsi akuos humor mengalami perubahan langsung.
a.    Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b.    Glaukoma Sudut Tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan sekitar mata., timbulnya halo di sekitar cahaya, pndangan kabur. Klien kadang mengeluhkan keluhan umum seperti sakit kepala, mual, muntah, kedinginan, demam. Peningkatan TIO menyebabkan nyeri yang melalui saraf kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melaui cabang-cabang nervus trigeminus. Iritasi

2.      Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaucoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
         Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
         Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
         Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab
         Perubahan lensa
         Kelainan uvea
         Trauma
         Bedah

3.      Glaukoma Congenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal  memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.
-                      Primer atau infantil
-          Menyertai kelainan kongenital lainnya



4.      Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi  glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

       Berdasarkan  lamanya :
1.  GLAUKOMA AKUT
a.       Definisi
      Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b.      Etiologi
      Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c.       Faktor Predisposisi
      Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d.      Manifestasi klinik
1).    Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah       belakang kepala .
2).    Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3).    Tajam penglihatan sangat menurun.
4).    Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5).    Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6).    Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7).    Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8).    Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9).    Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10).   Tekanan bola mata sangat tinggi.
11).   Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e.       Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f.       Penatalaksanaan
      Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2.      GLAUKOMA KRONIK
a.       Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b.      Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c.       Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e.       Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

E.     PATOFISIOLOGI
            Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.




PATHWAY GLAUKOMA

Usia >  40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
 



                                 Obstruksi jaringan                                  peningkatan tekanan
                                  Trabekuler                                                               Vitreus
 



                              Hambatan pengaliran                    pergerakan iris kedepan
                              Cairan humor aqueous
Nyeri
 
 




                                  TIO meningkat          Glaukoma              TIO Meningkat
 




                                  Gangguan saraf optik                                             tindakan operasi
Kurang pengetahuan
 
Anxietas
 
Gangguan persepsi sensori penglihatan
 
 




                                  Perubahan penglihatan
                                          Perifer
 




                                          Kebutaan



F.     PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
(1)   Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2)   Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3)   Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(4)   Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
(5)    EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
(6)   Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
(7)   Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
(8)   Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(9)   Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
(10) Perimetri  : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
(11)  Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.


G.    PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

1.    Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a.    Obat Sistemik
o   Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
o   Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

b.    Obat Tetes Mata Lokal
o   Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
o   Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.

2.    Terapi Bedah
a.    Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup  sebanyak 50%.
b.    Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

H. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien, meliputi :
-          Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b.      Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS. Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c.       Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d.      Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.
e.       Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami anggota keluarga.
f.       Pemeriksaan Fisik
-          Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
-          Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
-          Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
-          Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2.      Pengkajian Pola FungsionaL Gordon
POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
  Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
  Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

POLA NUTRISI/METABOLISME
  Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
  Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
  Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
  Bagaimana nafsu makan klien
  Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu makan
  Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
  Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah

POLA ELIMINASI
  Kaji kebiasaan defekasi
  Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik BAB
  Kaji kebiasaan miksi
  Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi
  Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).

POLA AKTIVITAS/LATIHAN
  Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
  Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table gorden)
  Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
  Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
  Kaji kekuatan tonus otot
  Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.

POLA ISTIRAHAT TIDUR
  Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
  Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
  Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien tidak normal.

POLA KOGNITIF-PERSEPSI
  Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
  Status mental
  Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
  Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan interaksi
  Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
  Pendengaran : DBN / tidak
  Peglihatan :DBN / tidak
  Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
  Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
  Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
  Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.

POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
  Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
  Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
  Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien menggambarkannya.
  Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.

POLA PERAN HUBUNGAN
  Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
  Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
  Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
  Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
  Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
  Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
  Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
  Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam melakukan perannya

POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
  Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system pendukung
  Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan terakhir
  Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi, apakah efektif?
  Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain
  Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
  Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
  Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

POLA  REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
  Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
  Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
  Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan hubungan intim
  Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.

POLA KEYAKINAN-NILAI
  Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup
  Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
  Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam hidup
  Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu ibadahnya.

3.      Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Defenisi: pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara secara aktual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan :serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik
           Melaporkan nyeri secara  verbal dan non verbal
           Posisi untuk mengurangi nyeri
           Gerakan untuk melindungi
           Tingkah laku berhati hati
           Muka topeng
           Gangguan tidur
           Fokus pada diri sendiri
           Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,kerusakan proses berfikir,penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
           Respon otonom(diaphoresis, perubahan tekanan darah ,perubahan napas nadi,dilatasi pupil)
           Tingkah laku ekspresif(gelisah merintih,menangis,waspada iritabel,napas panjang mengeluh.
           Perubahan dalam nafsu makan

NOC
Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler
Kriteria Hasil :
         Status Kenyamanan : Fisik
Indikator :
Kontrol Gejala
Posisi yang nyaman
Kesehatan fisik
Sakit kepala
         Kontrol Nyeri
Indikator :
Melaporkan serangan nyeri
Mendeskripsikan faktor penyebab
Gunakan catatan untuk monitor gejala setiap waktu
Gunakan langkah pencegahan
Gunakan analgesik jika direkomendasikan

NIC
Manajemen Nyeri
Melakukan tindakan yang komprehensif  mulai dari lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frequensi, kualitas, intensitas, atau keratnya nyeri dan factor yang berhubungan.
Observasi isyarat ketidaknyamanan khususnya pada ketidak mamapuan mengkomunikasikan secara efektif.
Memberi perhatian perawatan analgesic pada pasien.
Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk menyampaikan rasa sakit dan menyampaikan penerimaan dari respon pasien terhadap nyeri.
Mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa sakit.
Mempertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri.
Menentukan dampak dari pengalaman rasa sakit dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-glaukoma.html