MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
Disusun Oleh :
ANDIKA PRANATA
ANISA KARTIKA
APRILIA
DYTO PANDU
PRATAMA
EDY RIAWAN
INDENTI OKTARIANI
RINTA WULANDARI
TANA NURHASANAH
YESI AGRAINI
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2012
Lembar Pengesahan
Mata Kuliah : Keperawatan
Medikal Bedah I
Judul Makalah : Asuhan
Keperawatan Glaukoma
Dosen : Giri Udani SKp, MKes
Penyusun : 1. Andika Pranata
2.
Anisa Kartika Aprilia
3.
Dyto Pandu Pratama
4.
Edy Riawan
5.
Indenti Oktariani
6.
Rinta wulandari
7.
Tana Nurhasanah
8.
Yesi Agraini
Bandar Lampung, Oktober 2012
Dosen Mata Kuliah,
Giri Udani, SKp, Mkes
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusun masih diberi kesehatan dan kekuatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Glaukoma ini
disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa pada mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Tanjung Karang. Kami selaku tim penyusun mengucapkan terima kasih
kepada.
1. Giri
Udani, SKp, MKes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Rekan-rekan
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah khasanah
ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Bandar Lampung, Oktober
2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Lembar Pengesahan.............................................................................................. ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................. iv
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ ....... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Glaukoma..................................................................................... 8
B. Etiologi Glaukoma .................................................................................... 8
C. Manifestasi Klinik.............................................................................. ..... 10
D. Klasifikasi
Glaukoma........................................................................ 10
E. Patofisiologi Glaukoma........................................................................... 11
F. Pemeriksaan Laboratorium Diagnostik ................................................... 11
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ........................................ ..... 12
H. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang
baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja
yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya. Mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil
apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat
gawat.
Salah satu
penyakitnya yaitu glaukoma. Di seluruh dunia glaukoma dianggap sebagai penyebab
kebutaan yang tinggi, 2 % penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita
glaukoma. Glaukoma dapat juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang.
Pria lebih sering terserang dari pada wanita.
Makalah ini
akan membahas asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit glaukoma.
B. TUJUAN
a.
Untuk mengetahui pengertian glaukoma
b.
Untuk mengetahui etiologi glaukoma
c.
Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma
d.
Untuk mengetahui manifestasi klinik glaukoma
e.
Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma
f.
Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium
g.
Untuk mengetahui pelaksanaan medis dan keperawatan
h.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI GLAUKOMA
Glaukoma
adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan
bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan
mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma
adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi,
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan
bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk
bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung
jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang
memproses informasi pengelihatan
B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan
peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
-
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
Secara umum,
penyebab glaucoma terdiri dari :
1. Primer
a. Akut : Dapat
disebabkan karena trauma.
b.Kronik : Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga (Diabetes
mellitus, Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka panjang, . Miopia tinggi dan progresif)
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain
seperti : Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea, Pembedahan).
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Keluhan:
a. penglihatan kabur mendadak
b. nyeri hebat
c.
mual
d. muntah
e. melihat halo (pelangi disekitar objek)
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Visus sangat menurun
b. Mata merah
c. Kornea suram
d. Rincian iris tidak tampak
e. Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap sinar
f. Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Yang
mengkhawatirkan, glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada fase
terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi
sehingga mata terasa sakit sekali). Karena itu deteksi dini glaukoma sangat
penting, konsultasikan ke dokter spesialis mata anda mengenai glaukoma untuk
pendeteksian dini.
Table Manifestasi Klinis Glaukoma :
Glaukoma
primer
|
Glaukoma
sekunder
|
Glaukoma congenital
|
|
Glaukoma sudut terbuka
|
Glaukoma sudut tertutup
|
||
Kerusakan visus yang
serius
Lapang pandang mengecil
dengan macam – macam skotoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
|
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
-Timbulnya halo disekitar cahaya
-Pandangan kabur -Sakit kepala
-Mual, muntah
Kedinginan
Demam, bahkan
Perasaan takut mati mirip serangan angina
|
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
|
Gangguan penglihatan
|
D. KLASIFIKASI
Glaukoma terbagi
menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer terbagi menjadi
glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma
jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang terlibat
dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akuos humor mengalami perubahan
langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan
sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya
kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena
humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran
dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan
saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
b.
Glaukoma Sudut Tertutup
Disebut
sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor
aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa
yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-
tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang
kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak
segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
Tanda dan
gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan sekitar mata., timbulnya halo di
sekitar cahaya, pndangan kabur. Klien kadang mengeluhkan keluhan umum seperti
sakit kepala, mual, muntah, kedinginan, demam. Peningkatan TIO menyebabkan
nyeri yang melalui saraf kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melaui
cabang-cabang nervus trigeminus. Iritasi
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma
sekunder adalah glaucoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat
dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
Perubahan lensa,
dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
Perubahan uvea, uveitis,
neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
Trauma, robeknya
kornea/limbus diserai prolaps iris
Dapat terjadi
dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah
3. Glaukoma Congenital
Glaukoma ini
terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular.
Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.
-
Primer atau infantil
- Menyertai kelainan
kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan
stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total
akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma
absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini
memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan
glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang
disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata
yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua
mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling
banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau
lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya
berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan
gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema,
luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis
dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan
intraokuler.
d.
Manifestasi klinik
1).
Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah belakang kepala .
2).
Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam
penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat
halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5).
Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema
kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik
mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya
reaksi radang uvea.
8). Pupil
lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9).
Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri
Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan
Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk
operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap
tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20%
300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan
berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah
penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga,
diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang,
miopia tinggi dan progresif.
c.
Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat
peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti.
Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada
stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak
karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan
permanen.
d.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata
dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal
21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan
cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna
memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan
lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma
busur.
e.
Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6
bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang
semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas
normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus
sedikit-sedikit.
E. PATOFISIOLOGI
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran
keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama
terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di
produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke
dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih
badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar
akueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler
> 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini
kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari
perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan
saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai
dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
PATHWAY GLAUKOMA
Usia >
40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi jaringan peningkatan
tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan
pengaliran pergerakan iris kedepan
Cairan
humor aqueous
|
TIO
meningkat Glaukoma
TIO Meningkat
Gangguan
saraf optik tindakan
operasi
|
||||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
Perubahan
penglihatan
Perifer
Kebutaan
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular
(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin
disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri
serebral atau glaukoma.
(3) Tes Provokatif :digunakan dalam
menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia
sistemik/infeksi
(5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid:
Memastikan aterosklerosisi,PAK
(6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
(7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
(8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila
melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri
dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
(9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik
yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan
pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
(10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
(11) Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur
dimensi dan struktur okuler.
G. PENATALAKSANAAN
MEDIS DAN KEPERAWATAN
1.
Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan
TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan mengguakan obat sistemik (obat yang
mempengaruhi tubuh
a. Obat
Sistemik
o Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase
yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak
60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh
parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
o Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide
sudah tidak efektif lagi.
b. Obat
Tetes Mata Lokal
o Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol,
betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari,
berguna untuk menurunkan TIO.
o Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
2.
Terapi Bedah
a.
Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini
hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b.
Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.
H. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identitas klien, meliputi :
-
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b.
Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c.
Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami
klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d.
Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami
klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e.
Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f.
Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor
keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut
normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat
tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup,
sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2.
Pengkajian
Pola FungsionaL Gordon
POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan
bagaimana persepsi klien menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang
penyakit glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
Perlu
ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit
DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.
POLA
NUTRISI/METABOLISME
Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam
sehari
Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka (
cepat / lambat )
Bagaimana nafsu makan klien
Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6
bulan terakhir
Biasanya pada
klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah
POLA ELIMINASI
Kaji kebiasaan defekasi
Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah,
konsistensi, bau, warna dan karekteristik BAB
Kaji kebiasaan miksi
Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna,
dan apakah ada ada kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat
bantu untuk miksi
Klien dengan glaukoma,
biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi, kecuali pada pasien yang
mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).
POLA
AKTIVITAS/LATIHAN
Menggambarkan pola aktivitass dan latihan,
fungsi pernafasan dan sirkulasi
Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan
olahraga (gunakan table gorden)
Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di
waktu senggang
Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam
bernafas, lemah, batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara
klien langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien
)
Kaji kekuatan tonus otot
Penyakit glaukoma
biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena, klien mengalami
mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.
POLA ISTIRAHAT
TIDUR
Tanyakan berapa lama tidur di malam hari,
apakah tidur efektif
Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan
sebelum tidur
Penyakit glaukoma
biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien sehari-hari karena
klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien tidak
normal.
POLA
KOGNITIF-PERSEPSI
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan,
pengecap, penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
Status mental
Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan
normal/ tak jelas/gugup
Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya
dan derajatnya
Pendengaran : DBN / tidak
Peglihatan :DBN / tidak
Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan
lokasi nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang
dilakukan klien untuk mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
Apakah klien mengalami insensitivitass
terhadap panas/dingin/nyeri
Klien dengan glaukoma
pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola pikir klien juga
terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
POLA PERSEPSI
DIRI-KONSEP DIRI
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi
terhadap kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri
Kaji bagaimana klien menggambar dirinya
sendiri, apakah ada hal yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi
pikiran klien, apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut,
suruh klien menggambarkannya.
Pada klien dengan
glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena mata klien
mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya.
Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.
POLA PERAN
HUBUNGAN
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran
dengan keluarga lainnya.
Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu
dll
Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak
klien sakit.
Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan
penyelesaian konflik
Tanyakan juga apakah klien aktif dalam
kegiatan social
Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan
dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien
malu berhubungan de ngan orang lain.
Biasanya
klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam melakukan perannya
POLA
KOPING-TOLERANSI STRESS
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
dan menggunakan system pendukung
Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam
kehidupan dalam beberapa bulan terakhir
Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam
menghadapi masalah yang dihadapi, apakah efektif?
Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
keluarga / orang lain
Tanyakan apakah klien termasuk orang yang
santai atau mudah panik
Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam
menghadapi stress
Biasanya klien dengan
glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang dideritanya karena ini
berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu
organ penglihatannya.
POLA
REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah
aktif/pasif
Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan
hubungan intim berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau
batuk hebat saat melakukan hubungan intim
Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi seksualitas.
Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu ketika
anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang mengalami
penyakit mata.
POLA
KEYAKINAN-NILAI
Menggambarkan spiritualitas, nilai, system
kepercayaan dan tujuan dalam hidup
Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada
masa yang akan datang.
Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama
merupakan hal penting dalam hidup
Klien akan mengalami
gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari karena klien mengalami
sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu ibadahnya.
3.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler
Domain 12 :
Kenyamanan
Kelas 1 :
Kenyamanan Fisik
Defenisi: pengalaman emosional dan sensori yang
tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara secara aktual dan
potensial atau menunjukkan adanya kerusakan :serangan mendadak atau perlahan
dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi durasi
nyeri kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Posisi untuk mengurangi nyeri
Gerakan untuk melindungi
Tingkah laku berhati hati
Muka topeng
Gangguan tidur
Fokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,kerusakan proses berfikir,penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan)
Respon otonom(diaphoresis, perubahan tekanan darah ,perubahan napas
nadi,dilatasi pupil)
Tingkah laku ekspresif(gelisah merintih,menangis,waspada iritabel,napas panjang
mengeluh.
Perubahan dalam nafsu makan
NOC
Nyeri b.d
peningkatan tekanan intra okuler
Kriteria
Hasil :
Status Kenyamanan : Fisik
Indikator :
Kontrol
Gejala
Posisi yang
nyaman
Kesehatan
fisik
Sakit kepala
Kontrol Nyeri
Indikator :
Melaporkan
serangan nyeri
Mendeskripsikan
faktor penyebab
Gunakan
catatan untuk monitor gejala setiap waktu
Gunakan
langkah pencegahan
Gunakan
analgesik jika direkomendasikan
NIC
Manajemen
Nyeri
Melakukan tindakan yang
komprehensif mulai dari lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frequensi,
kualitas, intensitas, atau keratnya nyeri dan factor yang berhubungan.
Observasi isyarat ketidaknyamanan khususnya pada ketidak mamapuan
mengkomunikasikan secara efektif.
Memberi perhatian perawatan analgesic pada pasien.
Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk menyampaikan rasa sakit dan
menyampaikan penerimaan dari respon pasien terhadap nyeri.
Mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa sakit.
Mempertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri.
Menentukan dampak dari pengalaman rasa sakit dari pengalaman nyeri pada
kualitas hidup (tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan, kinerja
kerja, dan tanggung jawab peran).
http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-glaukoma.html